Sinjai Bersatu Sunyi Dikelakuan

Sejak kepengurusan Vakum selama setengah dekade. Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Sinjai (HIPPMAS) kembali melaksanakan Kongres. Sungguh kabar yang mulai terhembus sejak tahun lalu itu membuat saya ikut bersemangat. Meski selama kuliah tidak pernah terlibat aktif di dalamnya.

 

Sebenarnya bukan tidak mau ikut berpartisipasi. Tapi ada satu peristiwa yang membuat saya enggan ikut terlibat. Saya lupa persisnya tahun berapa. Saya ikut kegiatan DPK Sinjai Selatan. Waktu itu berniat dan berminat menjadi bagian dari oraganisasi ini. Pikiran saya ketika itu wajib dimulai dari tingkat kecamatan dulu.

 

Tapi apa mau dikata. Dialektika yang saya harap tapi kemudian pertikaian yang menguat. Sejumlah mahasiswa yang ketika itu terlibat dalam debat tanpa ada jalan tengah. Saya masih memaklumi dinamika itu. Wajar saya pikir, jika hal seperti terjadi dalam sebuah oragansasi. Tapi kemudian berujung perkelahian-- saya menghindar.

 

Dari peristiwa itulah minat saya ber-HIPPMAS luntur. Saya kemudian memilih menjauh meski tidak pernah menghindari untuk berinteraksi dengan orang-orang yang terlibat di HIPPMAS. Bahkan dalam beberapa waktu, saya sering berdiskusi dengan mahasiswa yang terlibat di HIPPMAS. Termasuk bagaiman arah dan perjuangan HIPPMAS ke depan.

 

Sekitar dua bulan terakhir ini, sejumlah nama telah menguat untuk terlibat bertarung di HIPPMAS. Nama-nama yang saya kira punya pengalaman dan modal yang sangat cukup untuk menghimpun anak-anak Panrita Kitta di perantauan. Terutama di Kota Makassar dan sekitrarnya. Beberapa diantaranya saya akrab maupun orang dibelakangnya.

 

Saya dihubungi beberapa calon lalu menyampaikan niatnya maju di Kongres. Saya bilang siapapun yang maju dan bertarung di Kongres, dialah kader terbaik HIPPMAS. Sebab ketika terpilih nantinya, kader yang bersangkutan akan rela dan ikhlas mengurus organisasi ini dengan sebaik-baiknya.

 

Di media sosial, saya mendapati sejumlah kader bersosialisasi. Tapi ada hal kecil yang saya sayangkan. Entah hanya saya yang terlalu jauh skeptis atau banyak lagi yang gelisah. Misal begini, Sinjai Kota Bersatu atau Sektor Pegunungan. Ada juga disampaikan langsung kepada saya “Saatnya Selatan Merebut”.

 

Dengan menyebutkan representasi kewilayahan, bagi saya itu sangat tidak tepat. Meski itu hanya idiom untuk menarik peserta untuk memilih. Ketidaktepatan itu bagi saya karena Sinjai bukan tentang siapa dari kota, siapa dari pegunungan, dan atau siapa dari Selatan. Sinjai bagi saya adalah keseluruhan tanpa ada embel-embelnya.

 

Jika ada yang masih memakai kewilayahan berarti ke-Sinjai-annya akan dipertanyakan. Sebab itu tidak menunjukkan simbolisasi daripada prinsip orang Sinjai yang berpedoman kata “Bersatu”. Ini juga bisa dikata sebagai bukti bahwa Sinjai Bersatu itu kuat dalam omongan tapi lemah dalam perbuatan.

 

Kemarin, ada kabar tentang Kongres yang ditunda sampai pada waktu yang tidak ditentukan. Palu sidang juga katanya hilang. Mendengar dan membaca berita itu, seketika itu pula saya tidak dapat menahan tawa. Jujur itu membengkokkan logika saya sebengkok-bengkoknya. Pertanyaan saya, kenapa bisa palu sidang dihilangkan? Eh maksud saya, kenapa bisa palu sidang hilang?

 

Seseorang peserta berkabar kepada saya jika SC terus-terusan menunda rangkaian acara Kongres. Barangkali kebenaran informasi ini perlu diverifikasi lagi. Tapi informasi itu benar atau pun tidak benar rasanya sama saja. Sebab Kongres tidak selesai juga bukan. Dan bagi saya, baik SC maupun OC itu wajib bertanggungjawab.

 

Terlepas dari sejumlah soal yang belum tuntas di Kongres HIPPMAS hari ini. Jujur, saya tidak peduli siapa yang terpilih. Mau dari kota, pegunungan atau dari Selatan. Atau yang berafiliasi dengan super senior atau bupati sekalipun. Saya tidak peduli dan persetan dengan semua itu.

 

Sebab percuma terpilih dari kota, dari pegunungan, atau dari Selatan jika setelah pelantikan tidak ada kerjanya. Percuma terpilih karena utusan senior jika tidak merangkul seluruh kader tanpa terkecuali. Juga percuma terpilih karena petunjuk bupati jika melanggar konstitusi dan tidak rela dan ikhlas menghimpun pemuda dan pelajar Sinjai diperantauan.

 

#akumencintaimu


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Don’t Stop Komandan

Fahri Hamzah Bukti Demokrasi Telah Mati

Mau Enaknya, Tidak Mau Anaknya