Ribuan Mahasiswa Kongkow di Hotel, Cari Solusi Kenaikan Harga BBM?
Sejak hari Sabtu lalu, saya sangat sibuk dengan kegiatan di kampus. Sebab pekan ini akan ada kegiatan Dies Natalis Universitas Kristen Indonesia (UKI) Toraja. Banyak hal yang dipersiapkan, terkhusus untuk tenant Prodi Teknologi Pendidikan pada kegiatan Expo yang dimulai pagi tadi. Apalagi, informasi persiapan ini cukup mengejutkan sebab informasi yang kami dapatkan baru dua hari sebelum kegiatan berlangsung.
Di tengah kesibukan pada hari Minggu kemarin, saya sempat membaca
membuka sebuah group whatsapp. Di sana terdapat sebuah pamflet kegiatan yang
dibagikan oleh seseorang. Rupanya, pamflet itu tidak hanya dibagikan ke satu
group tapi dibeberapa group yang kebetulan saya ada didalamnya. Temanya sangat
menarik “Bersama Mencari Solusi Penyesuaian Harga BBM”.
Saya tidak tahu persis siapa penyelenggara kegiatan. Yang pasti bahwa
kegiatan ini dilaksanakan di salah satu hotel mewah di Kota Makassar; Hotel
Claro. Saya kira tema yang diambil sangat up to date dengan isu yang berkembang
hari ini. Kita semua sudah tahu jika dua hari lalu, pemerintah telah resmi
mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Terus terang saya tidak memberikan komentar apa-apa di group whatsapp
itu. Saya hanya langsung tertawa terbahak-- spontan. Hingga beberapa mahasiswa
yang sedang kerja tenant memperhatikan saya. Setelah puas tertawa saya kembali
bekerja. Di dalam pikiran saya, ini mencari solusi atau mengkerdilkan solusi. Kalau
memang betul-betul ingin mencari solusi, siapa sih yang bisa memberikan
penjelasan?
Bapak Kapolda Sulsel sebagai Keynote Speaker, saya ingin bertanya apa
kira-kira solusi yang bisa diberikan terkait kenaikan harga BBM? Begitu juga
dengan para pemateri lainnya dari HIPMI, HMI dan Kepala Dinas Sosial. Tolong
dijelaskan, kami tentu sangat ingin tahu solusinya. Barangkali, solusi yang
ditawarkan itu dapat menjadi jawaban atas kesulitan dari dampak kenaikan harga
BBM ini.
Dan kepada saudara mahasiswa yang hadir sebagai peserta, yang jumlahnya
menurut salah satu berita portal yang saya baca, mencapai ribuan peserta,
apakah menurut Bung semua, solusi yang ditawarkan para pemateri bisa diterima
oleh masyarakat yang terdampak kenaikan harga BBM di tengah turunnya harga
minya dunia? Atau apa solusi itu dapat menghindari lonjakan harga bahan pokok?
Jika pertanyaan-pertanyaan itu tidak dapat dijawab atau jika solusi
yang ditawarkan para pemateri itu tidak dapat diterima oleh masyarakat, lalu
apa pentingnya kegiatan itu? Bukankah begitu urgensinya kegiatan ini dilaksanakan.
Atau ada hal-hal lain yang tidak masuk dalam teknis kegiatan yang menjadi
tujuan utama? Misalnya, untuk menjegal mahasiswa turun ke jalan untuk menolak
kenaikan harga BBM?
Sebab bisa dinilai target utama dari kegiatan ini adalah mahasiswa.
Buktinya, salah satu pemateri adalah mahasiswa yang memiliki pengaruh yang kuat
secara organisasi juga dengan membludaknya peserta. Kuat dugaan hal ini jugalah
yang dapat membuat kosolidan mahasiswa di Makassar untuk melakukan aksi unjuk
rasa menolak kenaikan harga BBM menjadi sedikit goyah.
Saya teringat kisah beberapa tahun yang lalu. Ketika aksi demonstrasi
mahasiswa Makassar menolak kenaikan harga BBM pada masa rezim pemerintah Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY). Mahasiswa Makassar ketika itu melakukan aksi demonstrasi
dari pagi sampai pada tengah malam. Bentrok dengan kepolisian, tentu saja tidak
dapat dihindari. Tapi, hasilnya pemerintah rezim SBY ketika itu menunda
kenaikan harga BBM.
Untuk kondisi sekarang, saya ragu aksi demonstrasi yang demikian dapat terjadi.
Pertama, jika benar memang tujuan dari kegiatan itu adalah untuk menjegal maka
itu adalah masalah pertama. Kedua, sistem birokrasi kampus yang kian beraroma
politik seperti adanya kebijakan pelibatan Presiden dalam pemilihan rektor
membuat indepensi kampus tergusur pelan-pelan. Akibatnya pejabat dapat
memberikan menekan hingga pembekuan organisasi.
Ketiga, represi aparat yang kadang sangat brutal juga dapat menjadi
alasannya. Jika berkaca pada beberapa peristiwa aksi demonstrasi mahasiswa beberapa
tahun sebelumnya, aparat menjadi momok yang sangat menakutkan. Mulai dari memukul
pakai pentungan, mengeroyok habis-habisan, dibanting sadis seperti adegan
smackdown hingga penembakan membuat mahasiswa secara psikologi mengalami takut
dan trauma.
Meski demikian, kita tetap harus tetap optimis jika gerakan mahasiswa
di jalan dengan aksi demonstrasi dan kegiatan diskusi mencari solusi di hotel
mewah bermuara pada satu tujuan yakni penolakan terhadap kenaikan harga BBM. Jika
tidak, tentu kita harus mengikuti arahan Pak Presiden untuk bersabar meski
kadang data yang diungkapkan ngawur. Atau mengingat peringatan Ibu Mega “jangan
cengeng”.
#akumencintaimu
Komentar
Posting Komentar