Ugal-ugalan

 

Kompas.com/Reza Rifaldi

Baru kemarin; 7 Agustus, saya ugal-ugalan; dari Makale ke Rantepao. Jaraknya sekitar 22 km. Ugal-ugalan itu pilihan saya sendiri. Tidak ada orang lain yang mengintervensi. Musababnya di luar kendali saya; itu terpaksa. Perencanaan sudah matang. Bahkan itu sudah sejak 2 hari lalu. Ketika itu, sudah janjian dengan pejabat Dinas Pendidikan Toraja Utara. Dan ini kesepakatan dua pihak. Tak ada paksaan dalam penentuan jadwal.

Sepulang dari pertemuan Dinas Pendidikan. Saya berinisiatif mengisi bahan bakar motor. Mengantisipasi jika pertalite atau pertamax habis di SPBU. Atau antrian yang mengular. Tapi, di luar perkiraan, hari Sabtu-Minggu saya harus ke lokasi KKN. Sepulang dari sana, saya lupa isi bahan bakar. Jadilah, paginya terburu-buru seluruhnya; mandi, sarapan, berpakaian. Sementara pukul 09.00 harus bertemu dengan pejabat Dinas Pendidikan.

Saya tiba di SPBU Mandetek; jalan poros ke Rantepao-- sekitar pukul 08.25. Antrian sudah panjang. Tiba giliran saya sekitar pukul 08.40. Tidak ada pilihan lain kecuali mempercepat laju motor; alias ugal-ugalan. Dalam perjalanan itu; hitungan saya-- dua kali nyaris bersenggolan pengendaraa mobil dan satu kali nyaris tabrakan dengan sesama pengendara motor. Tapi syukurnya sampai di tujuan dengan selamat.

Beberapa tahun lalu, juga pernah peristiwa serupa. Saya diminta adik bungu saya yang tergopoh-gopoh untuk diantar ke kampus. Saya waktu itu mengatakan tidak bisa bantu. Maka saya minta adik saya yang ketiga untuk mengantar. Tapi, menolak. Ambillah saya jurus otoriter sebagai kakak; terpaksalah mengantar-- sangat terburu-buru. Tiba dari kampus, motor rusak. Katanya tertabrak. Saya marah tapi juga pasrah. Itu karena saya juga.

Perkiraan saya, setiap hari; entah kemarin atau hari lainnya, sangat banyak orang ugal-ugalan di jalan. Semua dengan alasannya masing-masing. Semua dengan musababnya masing-masing. Lalu apakah itu salah? Dalam hal logika sederhana tentu tidak. Lagian, masing-masing dari kita tidak tahu alasan dan musababnya orang-orang itu ugal-ugalan. Terlalu naif rasanya jika langsung menjustifikasi. Apalagi jika itu datang dari satu pihak saja.

Termasuk peristiwa anak anggota DPRD Sulsel itu. Dari berbagai media terungkap, bernama Muhammad Irfan Fauzan. Irfan ini ugal-ugalan karena habis beli nasi kuning. Saya kira wajar saja. Barangkali, orang yang dibelikan Irfan ini sangat lapar. Jika tidak segera makan, mungkin akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dan siapa mau seperti itu? Tentu kita semua ini tidak ingin bukan.

Sebelumnya terungkap, sebuah video yang viral; mobil Pajero ugal-ugalan; anggaplah begitu. Sat set sat set, akhirnya ketemulah mobil itu. Terparkir dengan cantik di Kantor DPRD Sulsel. Disinlah terungkap jika Irfan pengendaranya. Klarifikasinya, Irfan ugal-ugalan karena disuruh pulang sama orang rumah. Jadi bisa dibilang Irfan itu pada dasarnya anak baik.

Jadi, janganlah terlalu cawe-cawe ke Irfan anak pejabat itu. Lagian bukan hanya Irfan kan yang sering ugal-ugalan. Saya pernah, bukan sekali dua kali. Dua diantaranya telah saya ceritakan. Anda juga barangkali pernah. Jadi ayolah. Irfan itu adalah kita semua; terpaksa atau dipaksa. Begitukan yang disampaikan Bapak Irfan; Pak Ni’matullah Erbe di media. Lebih lengkapnya saya kutipkan di bawah; Tribun Makassar.

"Tetapi, itulah realitas yang harus kita hadapi, bahwa itu viral silahkan, maumi diapa," sebutnya lagi.

"Kalau mau objektif, kalau mau rasional, jaina intu tau balap-balap (banyaknya orang yang balap-balap) allo-allo (hari-hari). Mau mobil mau motor, itukan sesuatu yang biasa," bebernya.

Kalau hanya cawe-cawe ke Irfan, nanti tidak ada waktu cawe-cawe ke manusia ugal-ugalan yang lain. Kepada diri sendiri misalnya. Kan itu tidak adil. Prammodya Ananta Toer pernah menulis jika adil itu harus sejak dalam pikiran. Jadi cawe-cawelah juga ke manusia yang balapan liar. Ya, barangkali lebih itu berbahaya dari yang dilakukan Irfan. Kan kalau Irfan hanya satu pengendara motor tuh yang jadi korban. Kalau balapan liar kan, potensi jatuhnya korban banyak.

Oh iya, mengingatkan kembali nih. Pak SYL juga pernah tuh kedapatan ugal-ugalan di jalan. Diberitakan juga-- ya, viral juga. Pak SYL jantan sih; mengaku. Bahkan berhenti ketika dicegat di jalan. Mau juga ganti rugi; tidak lari. Beda kelas sih, saya dengan Pak SYL; uh jauh sangatlah. Kalau Pak SYL dengan Irfan; hmm saya tidak tahu. Itu jawaban jujur. Buatlah jawaban sendiri. Jadi, santai saja jika ada orang ugal-ugalan; Dia itu adalah kita-- cukup.

#akumencintaimu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Don’t Stop Komandan

Fahri Hamzah Bukti Demokrasi Telah Mati

Mau Enaknya, Tidak Mau Anaknya