Kebetulan, Sains dan Ojol



Tidak ada yang kebetulan.

Beberapa orang percaya kalimat pendek ini. Diantara beberapa orang itu, saya bisa dikata salah satu diantaranya. Kebetulan bukan hukum yang pasti. Maksudnya, kebetulan tidak dapat dibuktikan bahwa kebetulan itu memang hanya kebetulan. Ada ruang yang kosong disitu dan ruang kososng itu sangat mendasar yakni pembuktian dan virifikasi.

Jika kita kebetulan bertemu teman lama di jalan raya ketika sedang berkendara. Itu bukan kebetulan tapi itu adalah sesuatu yang telah terencana secara hukum alam. Dalam bahasa sains, itu adalah hukum ukur mengukur.

Anggaplah teman tinggal disebuah perumahan di Gowa. Dan kamu tinggal di wilayah Maros. Titik pertemuan di pertigaan lampur merah Jalan AP. Pettarani dan Boulevard. Temanmu telah janjian bersama temannya yang lain di sebuah café di Jalan Boulevard. Sedang kamu dalam perjalanan ke Mall Panakkuang bersama keluargamu. Maka secara hukum dalam sains, pertemuan itu bukan sebuah kebetulan. Ia dapat diukur secara akurat oleh sains.

Begitu pula pertemuan saya dengan Pak Ilham, Pak Huzaefa, Pak Husain, Pak Ismail, dan beberapa nama lain. Mereka adalah Ojek Online (Ojol) yang membawa saya kemana-mana selama lebih dari satu pekan ini. Jika sama percayanya pembaca dengan saya, maka mereka ini tidak kebetulan bukan?

Jika Newton menemukan hukum yang kita kenal hari di sekolah-sekolah. Bagaimana sebuah Apel tidak begitu saja terjatuh dan mengenai Newton yang sedang berada di bawah pohon apel itu. Tapi ada sepuah upaya saling tarik menarik, dimana benda dengan massa lebih kecil akan lebih mudah tertarik oleh benda dengan massa yang lebih besar. Dari situlah Hukum Newton itu berakar hingga pengembangannya pada hukum baru yang lain itu ada. Seperti bagaimana hukum ukur mengukur lingkaran bumi.

Hukum Newton tentang tarik manarik dan ukur mengukur itulah yang mendasari saya tidak begitu percaya pada kebetulan. Pun dengan pertemuan saya dengan Pak Ojol itu. Aplikasi telah memudahkannya. Bahwa dalam aplikasi itu pun sains menganalisis tanpa kita sadari atau juga sengaja kita tidak ingin menyadarinya. Kupikir itu adalah pilihan yang cukup rumit untuk dijelaskan dalam tulisan ini. Bahwa memilih sadar atau tidak sadar diperlukan sebuah pondasi yang cukup kuat. Apalagi sekarang ini, orang-orang digempur dengan hal-hal yang sangat instan yang diketahui tapi tidak mampun disadari.

Dari kesadaran sains itu tadi, tidaklah cukup berguna untuk sebagian orang. Tidak perlu juga kita persalahkan itu. Sebab itu, tentu dan sebetulnya bukan ranah kita untuk masuk untuk mengatur dan memperbaiki. Itulah ranah privat itu. Orang berhak atas itu.

Tetapi yang pasti, hal yang dapat membuat kesadaran akan sains itu ada dan hadir karena refleksi dan imajinasi. Saya dan Pak Ojol dalam relasi sosial tidak diperkenankan untuk dekat dalam segala tinjauan. Tapi, dalam hal refleksi saya begitu terkesan. Walau pertemuan di atas motor yang berbeda dari segi jenis dan ukuran itu begitu singkat.

Pak Husain misalnya, dalam perjalanan dari rumah saya di Muh. Yamin sampai di Kampus Tidung, Univeristas Negeri Makassar (UNM), banyak refleksi dari diskusi yang kami lakukan. Pak Husain seorang laki-laki yang terlambat menikah, katanya. Umurnya 35 tahun baru memutuskan untuk menikah dan memiliki anak. Perawakannya tinggi besar-- tidak salah memilih motor Honda PCX. Di masa mudanya, katanya, hidupnya sangat gemerlap di tengah malam. Kini tidak lagi, apalagi semenjak anak pertamanya lahir. Tentu itu bukan kebetulan lagi-- anak Pak Husain lahir lalu berhenti digemerlapnya malam. Tapi itu hasil dari refleksinya terhadap yang dianggapnya penting-- punya anak. Yang tentu dalam bahasa lain itu adalah sains seperti yang dikemukakan oleh Darwin.

Saya tertegun mendengar cerita itu. sambil sesekali bertanya kepada Pak Husain. Satu diantara yang saya tanyakan adalah bagaimana dengan anaknya. Dengan penuh semangat bercerita jika anaknya kini lebih banyak diurus dirinya sendiri. Dan itu pekerjaan lain selain Ojol yang sangat disenanginya. Baginya, bersama anak adalah masa depannya. Istrinya, katanya, juga bekerja dan saling melengkapi untuk mengurus dan merawat  buah hatinya. Hebat.

Cerita dengan Pak Ilham lain lagi. Blio ini tetangga saya di Muh. Yamin. Apakah pertemuan saya dengan Pak Ilham itu kebetulan? Sekali lagi saya katakan, bukan.

Pak Ilham sering sekali saya bertemu dan berpapasan. Tapi sekalipun tidak pernah saling sapa. Paling-paling hanya saling tersenyum ketika bertemua di dalam masjid. Pak Ilham ini bertubuh mungil. Saya teringat betul dengan tokoh Ateng yang dulu sering saya tontong di era 90-an. Tapi Blio sangat baik-- itu berdasarkan cerita dari banyak orang.

Semenjak pertemuan yang bukan kebetulan itu-- 5 hari yang lalu, saya dan Pak Ilham kini seperti karib. Setiap kali berjumpa, entah di dalam masjid atau ketika saya hanya jalan-jalan saja, kami langsung saling sapa. Bahkan juga kadang saling bertanya kabar keluarga. Itulah nikmat dari sains yang saya imajinasikan.

Dalam perkara lain, kupikir sains adalah bagian dari yang tidak terpisahkan dari kehidupan ini. Entah itu telah dibuktikan dan dibentuk hukumnya seperti Newton dan lain-lain. Atau sains lain yang kini belum dibuat hukumnya. Sama seperti sebuah pribahasa, hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha-- dalam hal kami berempat ini. Maka sains akan selalu ada dan hadir untuk membersamai orang-orang yang merefleksi, mengimajinasi dan membuktikannya. #akumencintaimu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Don’t Stop Komandan

Fahri Hamzah Bukti Demokrasi Telah Mati

Mau Enaknya, Tidak Mau Anaknya