Rusdi Masse Revolusi Gerakan Politik NasDem

 


Tanah Sulawesi, tempatnya para pemberani lahir. Sejarah telah memberi banyak bukti. Dari perlawanan kepada penjajah seperti Sultan Hasanuddin. Penjelajah intelektual semacam Karaeng Pattingalloang. Negosiator ulung di dalam diri Jusuf Kalla. Hingga aktivis tulen disematkan kepada Rahman Tolleng.

 

Para tokoh itu menjadi patron tanah Sulawesi dimasanya. Rasa-rasanya mereka akan terus tumbuh dalam ingatan. Menjadi inspirasi anak-anak muda-- bergerak maju dan tumbuh menyonsong masa depan. Terutama mengejar masa depan cita-cita luhur bangsa pada sila kelima Pancasila.

 

Dan barangkali diantara anak muda itu, salah satunya adalah Rusdi Masse. Seorang yang merelakan diri untuk terbuang ke Jakarta. Jauh dari kampung halaman. Berjuang di tengah kerasnya kehidupan di Pelabuhan Tanjung Priok. Kisahnya berkali-kali saya dengar dari sejumlah teman.

 

Katanya, sulit dan bercucuran keringat. Seperti kata Rhoma Irama dalam lagunya “Perjuangan dan Doa”-- RMS begitu sapaan Rusdi Masse pada akhirnya meraih kesuksesan. Menginspirasi seperti pendahulunya. Lalu kembali pulang kampung. Membangun Kabupaten Sidrap dua periode.

 

Di kabupaten Nene Mallomo ini, saya pernah bersentuhan langsung dengan RMS. Sekitar tahun 2011-- lupa persisnya bulan berapa. Saya bersama tiga teman sedang berkunjung ke kantornya. Bermaksud akan melaksanakan kegiatan-- bakti sosial dari mahasiswa Prodi Teknologi Pendidikan.

 

Waktu itu, ada surat yang harus ditandatangani RMS. Maka saya dan tiga orang lain, menunggu di sekitar halaman kantor Bupati Sidrap. Tidak lama menunggu, RMS datang. Turun dari mobil dan menyapa kami yang sedang dari tadi menunggunya.

 

“Dari mana” katanya. “Kami dari UNM Puang” jawab Jusman salah satu rombongan diantara kami. “Oh dalam rangka apa?” kata RMS lagi. “Kami mau laksanakan baksos Puang” kembali Jusman menjawab. “Apa yang bisa saya bantu?” RMS memotong penjelasan Jusman.

 

Diskusi berlangsung sekitar 20 menit. Berkas yang akan ditandatangani pun langsung diminta. Karena saat itu sedang dihalaman kantor bupati. RMS lalu meminta salah satu ASN untuk tunduk. Di punggung ASN itulah RMS membubuhkan tandatangan. Dan kegiatan kami terlaksana dengan baik.

 


Setelah pertemuan itu, sangat lama baru saya bersentuhan kembali dengan RMS. Ketika itu Partai NasDem sedang mencari sosok Ketua DPW di Sulsel. Syaharuddin Alrif yang ketika itu menjabat sebagai Sekretaris merekomendasikan RMS sebagai Ketua DPW NasDem.

 

Rekomendasi itu pun membuat publik cukup terkejut. Pasalnya, RMS ketika itu adalah Ketua Golkar Sidrap. Saya waktu itu, masih bagian dari Harian Rakyat Sulsel. Mencoba menghubungi RMS melalui sambungan telepon-- diangkat dan dijawab singkat. “Kita tunggu saja” katanya.

 

Tidak lama setelah itu, RMS dilantik menjadi Ketua DPW NasDem Sulsel. Pelantikan itu sangat mewah. Di laksanakan di Hotel Claro. Dihadiri banyak tokoh politik Sulsel. Termasuk yang hadir adalah Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo-- belum ber-NasDem waktu itu. Juga turut hadir Ketua Umum NasDem, Surya Paloh.

 

Pasca pelantikan itu, di tangan RMS, NasDem Sulsel bertransformasi menjadi partai besar. Bahkan mampu menyaingi dominasi Partai Golkar. Sebelum RMS mengambil alih NasDem, jumlah kursinya di DPRD Sulsel hanya 7. Pada Pileg 2019, NasDem melesat naik untuk mengamankan posisi kedua dengan 12 kursi.

 

Di Kota Makassar, NasDem mampu meraih posisi nomor satu. Menggusur posisi Partai Golkar. Pada 24 kabupaten/kota juga mengalami kenaikan suara yang cukup signifikan. Termasuk sejumlah kepala daerah usungan NasDem berhasil menang di Pilkada 2020 lalu.

 

Kegemilangan NasDem di Sulsel mungkin saja akan terus terjadi. Dan bukan tidak mungkin mampu merebut kursi nomor satu di Sulsel. Sebab RMS terus merevolusi gerakan politiknya. RMS sangatlah jeli melihat peluang meraih dukungan dan simpati.

 

Pertama, merekrut kader secara terbuka. Termasuk kepada kader partai lain yang siap berganti KTA. Tidak hanya itu, NasDem juga merekrut kader dari kalangan orang biasa. Cara menarik kesukarelaan masyarakat untuk bergabung yakni dengan melakukan Gebyar e-KTA.

 

Hadiah dari Gebyar e-KTA sungguh luar biasa. Dari kipas angin, kulkas, sepeda, motor, mobil dan satu unit rumah. Menarik bukan. Saya tidak tahu, apakah undian Gebyar e-KTA itu memang dilakukan. Atau hanya cara untuk menarik orang untuk ber-NasDem. Tapi penekanan saya, itu strategi politik-- apapun bentuknya.

 

Kader yang menerima hadiah mobil misalnya. Seakan-akan tepat sasaran. Kader NasDem peraih mobil pada Gebyar e-KTA Januari 2022 misalnya. Dia adalah Madda, asal Takalar. Hanya seorang nelayan biasa. Lalu tiba-tiba mendapat telepon. Kamudian disampaikan mendapat hadiah mobil.

 

Girang-- itu sudah pasti. Bagi Madda dan keluarganya, mobil itu hanya mimpi. Tapi kini menjadi nyata. Diundang langsung ke Hotel Claro untuk diserahkan kunci mobil. Efeknya apa? Warga semakin yakin dengan NasDem. Bukan hanya Madda dan keluarganya tapi juga masyarakat Sulsel.

 


Kedua, politik spontan bergerak. Ketika ada satu perempuan di Pinrang viral-- Nuraini. Karena menjadi kuli panggul semen. RMS bergerak cepat. Mencari kontak dan alamatnya. Setelah itu, memerintahkan kader untuk memberi bantuan. Berupa modal usaha.

 

Begitu juga ketika video Evi Safitri muncul di media sosial. Lagi dan lagi RMS bergerak. Mencari kontak dan alamat. Bahkan, salah satu senior saya yang juga kader NasDem Sulsel memposting di story WA. Dan tidak lama, RMS mengirim motor untuk Evi.

 

Ketika Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman bercanda soal Rampi-- salah satu kecamatan di Luwu Utara, yang mau pindah ke Sulteng. Karena akses jalan yang sangat rusak. RMS kembali menunjukkan sikapnya. RMS tidak menyebut nama Pak Gub. Tapi fokus memelas kepada warga Rampi untuk tetap bersama Sulsel.

 

Tidak hanya dikata. RMS bahkan mengirim alat berat ke Rampi. Untuk membuka akses jalan yang sangat rusak. RMS tidak menunggu APBD atau APBN-- barangkali. Bahkan, dalam sebuah video yang beredar. RMS menelfon kader NasDem untuk segera bergerak. “Jika tidak punya solar, cari SPBU. Nanti kita urus” katanya.

 

Gebyar e-KTA dengan hadiah fantastis, pemberian bantuan spontan kepada warga Sulsel yang kesulitan, hingga mengirim alat berat ke Rampi dan kegiatan yang lain Partai NasDem-- itu tidak gratis. Tapi itu sangat mahal bos.

 

Selain RMS, ketua-ketua partai di tingkat Sulsel rasa-rasanya tidak ada yang seperti itu. Malah saya menilai, ada beberapa yang masih konsisten pada strategi dan metode lama. Misal mengandalkan kontroversi atau konflik internal untuk menarik perhatian publik. Sungguh, itu maju.

 

Apa yang dilakukan RMS ini adalah cara-cara marketing tingkat tinggi. Mirip dengan apa yang dilakukan Raffi Ahmad. Tidak segan-segan memberi hadiah puluhan juta. Atau ratusan juga. Angka yang dikeluarkan itu tidak pernah dihitung. Tapi angka yang harus dikembalikan itu yang wajib dihitung.

 

Teori sederhananya begini, bakar uang Rp.100 juta. Kembalinya minimal Rp.200 juta-- itu Raffi Ahmad. Kalau RMS berbeda. Bakar 100 juta. Kembalinya simpati dan dukungan rakyat Sulsel. Goalnya, untuk mengamankan kursi Gubernur Sulsel dan Ketua DPRD Sulsel. Entahlah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Don’t Stop Komandan

Fahri Hamzah Bukti Demokrasi Telah Mati

Mau Enaknya, Tidak Mau Anaknya