Governor Masuk Sekolah

Di suatu kelas. Seorang mahasiswa bertanya kepada dosennya. “Bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia Pak?”. Sang dosen sejenak tunduk. Lalu mendongak. “Berat sekali pertanyaanmu Nak”. “Oh iya Pak, kemarin saya lewat sekolah saya. Sebuah baliho cukup besar, berdiri tegak. Fotonya juga besar. Pak Gubernur”.

 

Sang dosen bingung. Mau memberi jawaban apa. Lagian sudah terlanjur. kalimat telah keluar. “Pendidikan digerogoti politik”. Jika tak dijawab. Pun sudah ada juga jawabannya. Pasrah saja. Sebuah kalimat singkat. “Begitulah fakta pendidikan hari ini”.

 

Di atas; kisahnya agak fiksi yang serupa fakta. Pekan lalu, seseorang mengalaminya. Katanya, seorang kawan. Seorang guru. Pegawai pemerintah. Entah atas motif apa. Memamerkan sebuah foto. Juga ada tulisan menarik. The Governor.

 

Sepengetahuan yang sempit ini. The Governor bermakna Gubernur. Dalam sebuah novel, The Walking Dead: Rise of the Governor-- sebuah film series. Karakter The Governor ditampilkan menawan dan karismatik. Tapi juga pembunuh, kejam, sosiopat, haus kekuasaan, dan sangat kejam.

 

Soal baliho, sejujur-jujurnya. Dulu ketika sekolah. Tak pernah ada semacam ini. Itu sekitar tahun 1996. Ketika saya masuk SD. Lalu sampai pada tahun 2008. Ketika tamat SMA. Tidak pernah ada.

 

Jika pun ada baliho. Ya paling kegiatan sekolah. Atau penerbit yang sosialisasi buku; menarik perhatian kepala sekolah, dibagikan guru. Siswa wajib beli. “Kamu nanti akan sulit belajar jika tidak punya buku. Buku itu jendela dunia”. Begitukah?

 

Atau zaman sudah berubah-- jika dulu sekolah fokus pendidikan. Juga tidak boleh dekat THM. Kini sudah beda. Lebih fleksibel. Aturan bisa dilanggar. Seperti kata Pak Menko lalu. Demi rakyat, katanya. Pengusaha kan juga rakyat. Jadi, ssssttt. Diam saja. Biarkan saja BC itu jalan terus.

 

Perubahan yang lain. Politik dan pendidikan sekarang sudah akrab. Lagian partai juga kan selalu mengagungkan itu. “Kami selalu berikan pendidikan politik kepada kader”. Lalu, si kader korupsi. Pendidikan politiknya lenyap. Si empunya diam. Taek kan.

 

Paling ter-update. Baliho gubernur masuk sekolah. Tidak, tidak. Di pinggir sekolah. Tepatnya di pagar. Eh ada juga di gerbang sekolah. Hampir menutup seluruh pintu masuk. Ya sudahlah. Namanya juga perubahan waktu. Lalu dan kini.

 

Di luar sana. Orang sudah berpikir buat matahari. Makan daging ayam dari bulu ayam. Atau daging dari sayuran. Kita masih sibuk cari muka. Jika sudah banyak. Lalu orang menagih janji. Lepas, lalu pakai muka lain.

 

Lagian memang di dalam novel dan serisnya. The Governor itu haus kekuasaan. Jadi ya, wajar-wajar saja. Itu baru sekolah. Yang lain juga disikat. Tunggu saja. Tidak lama lagi. 2024 sudah menanti. Yang lahir sebelum kelahirannya sedang intip-intip.

 

Tujuan jelas. Representasi dari timur. Kalau terjungkal. Kan tidak rugi juga. Governor saja. Si empunya hari ini, akan atau dipaksa pensiun. Masuk sekolah saja. Jadi Ketua OSIS.

#akumencintaimu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Don’t Stop Komandan

Fahri Hamzah Bukti Demokrasi Telah Mati

Mau Enaknya, Tidak Mau Anaknya